BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, terutama bagi
kemajuan peradaban dalam suatu masyarakat. Pendidikan dan masyarakat, keduanya
merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya. Namun, dalam kenyataan yang ada saat ini kita saksikan bahwa masih
terdapat pemisahan secara implisit antara sekolah dan masyarakat.
Hal di atas kemungkinan dapat terjadi karena beberapa faktor. Misalnya
saja seperti dari pihak sekolah sebagai salah satu kalangan akademisi yang
berintelektual tinggi kurang mampu memaparkan dan mengaitkan antara unsur-unsur
dari pendidikan dalam masyarakat itu sendiri. Karena kurikulum yang ada di
sekolah kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka dari
itu, antara kedua kubu ini harus mempunyai keselarasan pemahaman tentang arti
penting antara pendidikan dan masyarakat terutama bagi terwujudnya pembangunan
kesejahteraan negara.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
3. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan
sumber daya manusia?
4. Bagaimana hubungan antara sekolah dan
masyarakat?
5. Bagaimana hubungan antara perubahan
sosial dan pendidikan?
6. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan
pembaharuan masyarakat?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
masyarakat
2. Untuk mengetahui pengertian dari
pendidikan
3. Untuk mengetahui dan memahami hubungan
antara pendidikan dan sumber daya manusia
4. Untuk mengetahui dan memahami hubungan
antara sekolah dan masyarakat
5. Untuk mengetahui dan memahami hubungan
antara perubahan sosial dan pendidikan
6. Untuk mengetahui dan memahami hubungan
antara pendidikan dan pembaharuan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Masyarakat
Masyarakat pada mulanya berasal dari kata Syarikat dalam bahasa Arab, istillah masyarakat juga
sering disebut sosial. Istilah sosial berasal bahasa latin, socius yang
berarti kawan.[1] Sehingga dalam bahasa Indonesia masyarakat berasal dari kata
“serikat” yang berarti kumpulan atau kelompok yang saling berhubungan.[2] Menurut pakar sosiologi Mac Iver dan Page, masyarakat adalah
jalinan hubungan sosial dan selalu berubah. Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat
tertentu. Selo Soemardjan dan Soelaiman berpendapat bahwa masyarakat adalah
tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.[3]
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah tempat hidup suatu
kelompok manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat, kebiasaan,
norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan dan jalinan hubungan
sosial.
II. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi
yang harus disesuiakan dengan situasi dan kondisi serta perkembangaan zaman.[4] Menurut Carter V. Good pendidikan adalah proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses sosial
dimana seseorang di pengarui oleh sesuatu lingkungan terpimpin (khususnya di
sekolah) sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan
kepribadiannya.[5] Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah segala
tuntutan dan kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar menjadi manusia
dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup
setinggi-tinggihnya.
Tipe-tipe dasar pendidikan menurut Randal Collins, 1979 ( dalam
Ravik, 2008) yaitu
a.
Jenis
pendidikan keterampilan dan praktis adalah pendidikan yang dilaksanakan untuk
memberikan bekal kemampuan untuk lebih kreatif dalam segala hal, agar dapat
diaplikasikan dalam mata pencaharian
b.
Kelompok
status adalah pendidikan yang dilakukan dengan diskusi oleh badan-badan
pengetahuan esoterik, serta pengajaran tentang bagaimana cara mempertaahankan
prestise dan simbol-hak-hak istimewa dalam masyarakat elit.
c.
Pendidikan
birokrasi adalah pengajaran yang diciptakan oleh pemerintah untuk melayani
keepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan dan
sarana politik.[6]
Jadi Pendidikan adalah sebuah proses perubahan tingkah laku dan
pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan serta pembentukan
diri peserta didik yang sesuai hati nurani untuk mencapai keselamatan dan
kebahagian hidup.
III. Pendidikan dan Sumber Daya manusia
Dalam
sejarah perkembangan peradaban manusia, bukanlah taken for granted, tetapi jauh sebelumnya telah mengalami suatu
proses yang panjang yakni melalui “belajar”, “pendidikan”, dan “pengalaman”
tersendiri berdasarkan zaman. Proses belajar dan pendidikan yang dialami mereka
dalam zaman yang berbeda tersebut telah menjadikan manusia mampu memenuhi
kebutuhan, manjalani kehidupan hingga memasuki zaman peradabaan seperti
sekarang ini. Penelitian yang dilakukan Lenki et al. (1995) yang memfokuskan
pada judul penelitian : sociocultural Revolution: the process of change that
result from a society’s gaining new information, particulary technology,
setidaknya dapat dideskripsikan lima tipe umum dari suatu masyarakat yang
berbeda dalam teknologinya: hunting and
gathering societies, horticultural and pastoral societies, agrarian societies,
industrial societies, and post-industrial societies.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa manusia sudah belajar dari zaman purba hingga zaman
yang modern ini. Manusia belajar dari lingkungan tempat tinggal mereka pada saat itu, sehingga
mereka berfikir bagai mana caranya agar dapat bertahan hidup. Manusia berburu
binatang, mendirikan rumah. Manusia juga menjalani hidup secara kelompok dan membentuk
sebuah perkumpulan sehingga ada masyarakat industri ada masyarakat pertania,
masyarakat pekebun. Jadi hubungan antara pendidikan dengan sumber daya manusia
sangat mempengaruhi. Pada zaman dahulu sebelum banyak orang yang bersekolah
rumah masih menggunakan bambu, kayu, rumput dan sebagainya. Lambat laun semakin
banyak orang yang bersekolah, teknologi semakin maju dan lingkungan yang
mendukung, saat ini manusia sudah bisa membuat gedung bertingkat yang tidak
roboh.[7]
Antara
pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pembangunan
sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia ke depan tidak
terlepas dari fungsi pendidikan nasional. Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan: “
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.[8]
Program
pendidikan didasarkan kepada tujuan umum pengajaran yang diturunkan dari tiga
sumber: masyarakat, siswa, dan bidang studi. Tujuan pendidikan, sebagaimana
diungkapkan oleh A. Tresna Sastrawijaya (1991), adalah mencakup kesiapan
jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara
membangun, dan sebagainya karena tiap siswa/ anak mempunyai harapan yang
berbeda, Pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan
masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi yang tersusun
secara logis dan sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari anak didik, apa yang dipelajari anak didik tampaknya hanya memenuhi
kepentingan sekolah untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar
hidup lebih efektif dalam masyarakat.
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2007)
mengungkapkan masyarakat terbagi atas dua tipe yaitu:
A. Gemeinschaft
(hubungan primer), merupakan bentuk kehidupan bersama. Antara anggotanya
mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Dasar
hubungannya adalah rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis.
Ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga dan kerabat.[9]
B. Gessellschaft
(hubungan sekunder), merupakan bentuk kehidupan bersama yang anggotanya
mempunyai hubungan sifat pamrih dan dalam jangka waktu yang pendek, bersifat
mekanis. Ditemukan dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal
balik.
Kedua
tipe masyarakat di atas mempunyai persamaan, yakni mereka semua adalah anggota
suatu bangsa yang mempunyai kebudayaan nasional yang sama baik dari segi
falsafah, bahasa, sejarah, dan budaya. Meskipun ada beberapa daerah mempunyai
ciri yang khas. Tiap sekolah, seorang guru harus mengenal lingkungan sosial
tempat mereka berada agar dapat memahami latar belakang kultural anak didik.[10]
Untuk memajukan pendidikan perlu diusahakan bantuan dari mereka yang memegang
kekuasaan dalam masyarakat. Untuk mempelajari suatu masyarakat lebih jauh kita
dapat mempelajari berbagai aspek di antaranya sebagai berikut :
A. Demografi
: statistik penduduk, komposis menurut suku bangsa, agama.
B. Ekologi
: geografis, penyebaran penduduk.
C. Sejarah
: perkembangan kehidupan sosial.
D. Kegiatan-kegiatan
: mata pencaharian, keluarga, pendidikan, rekreasi, agama, keamanan, politik.
E. Sistem
nilai agama dan adat istiadat.
F. Pengaruh
kebudayaan daerah dan nasional.
G. Tokoh-tokoh
yang menarik.
Hingga
kini dapat dikatakan bahwa hubungan pendidikan di sekolah dan masyarakat masih
sangat minim atau rendah karena pendidikan di sekolah dipandang terutama
sebagai persiapan untuk kelanjutan pelajaraan. Kurikulum sekolah bersifat
akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan
sumber-sumber masyarakat. Masyarakat umumnya masih memandang sekolah lebih
dominan bertujuan mengajarkan anak-anak mereka dalam aspek akademis lebih dominan.
Dituntut agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat, anak-anak perlu
dipersiapkan agar hidup efektif dalam masyarakat. Bila diperhatikan lingkungan
sekolah dengan radius 1 km2, maka akan ditemukan banyak hal yang
dapat dilakukan dengan pelajaran, bahkan dijadikan masalah pokok pelajaran.
Sampai saat ini sangat sedikit institusi sekolah memanfaaatkan masyarakat di
daerahnya untuk mengembangkan lembaga dan kurikulum pendidikan. Padahal banyak
sekali kondisi geografis, ekonomi, budaya, dan peristiwa yang ada di lingkungan
sekitarnya sangat membantu berkembangnya kecerdasan siswa.[11]
Oleh karena itu, untuk seorang pendidik mampu mengaitkan mata pelajaran dengan
kondisi lingkungan menggunakan strategi yang sesuai seperti problem based
learning sehingga anak akan lebih kreatif jika dihadapkan dengan sesuatu hal
yang menarik dan belum pernah di lihatnya. Sehingga anak mampu berfikir
bagaimana cara memecahkan masalah dan menciptakan sesuatu hal yang baru dan
bermanfaat. Seperti kegiatan kerja bakti masyarakat membantu membangun sekolah
atau memperbaiki sekolah yang rusak. Adanya kegiatan tersebut dapat menanamkan
kepada anak murid untuk saling peduli, tolong menolog, dan saling menghargai.
IV. Sekolah dan Masyarakat
Usaha
yang dapat dilakukan sekolah ialah menghubungkannya dengan masyarakat dan
menjadikan masyarakat sebagai sumber pelajaran. Pada umumnya untuk mamanfaatkan
sumber-sumber itu, masyarakat dapat di bawah ke dalam kelas, misalnya
mengundang narasumber ke sekolah atau, sekolah di bawah ke dalam masyarakat
melalui karyawisata, praktik lapangan, atau kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa
pada perguruan tinggi/ universitas. Dikatakan E Mulyasa (2009) bahwa salah satu
faktor yang menyebabkan kesenjangan antara sekolah dan masyarakat adalah
minimnya informasi yang bertalian dengan pendidikan di sekolah dan kurang
kuatnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah. Maksud hubungan sekolah
dengan masyarakat, dikatakan Sutisna dalam Mulyasa (2009) yakni :
A. Untuk
mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah.
B. Untuk
menilai program sekolah.
C. Untuk
mempersatukan orang tua murid dengan guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik.
D. Untuk
mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era
pembangunan.
E. Untuk
membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
F. Untuk
memberitahukan masyarakat tentang pekerjaan sekolah.
G. Untuk
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah.
Ketiga
pihak (sekolahan, keluarga/orang tua, dan masyarakat) bekerja sama dalam
menciptakan program dan peluang yang lebih baik untuk anak didik. Tentang hak dan kewajiban orang
tua dalam memajukan pendidikan (nasional), terlihat dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 berikut:
A. Orang
tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
B. Orang
tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya.[12]
Hak
dan kewajiban masyarakat dalam pendidikan :
A. Masyarakat
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya (pasal 8).
B. Masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaran pendidikan
(pasal 9)
Peran
serta masyarakat dalam pendidikan terlihat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab XV,
Bagian Kesatu, Pasal 54, Ayat 1, 2, dan 3.
A. Peran
serta masyarakat dalam pendidikan meliput peran serta perseorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaran dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
B. Masyarakat
dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
C. Ketentuan
mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dapat diungkapakan dengan sederhana
bahwa kerja sama sekolah, keluarga, dan komunitas-masyarakat dapat mengembangkan
iklim dan program-program sekolah, memberikan pelayanan kepada keluarga/ orang
tua (anak didik), meningkatkan keterampilan dan kepemimpinan bagi orang tua,
menghubungkan keluarga dengan lainnya di sekolah dan di masyarakat, dan
membantu pendidik/ guru dalam tugasnya. Pendekatan sistemik terhadap
pengembangan masyarakat melalui
pendidikan adalah pendekatan dimana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu
lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan masyarakat
yang dicita-citakan, sebagai output
yang dikehendaki. KI. Hajar Dewantoro pernah mengatakan ada tiga lingkungan
pendidikan : keluarga, sekolah, dan masyarakat.[13]
Lebih jauh, ada sejumlah fungsi dan
peranan pendidikan bagi suatu masyarakat, seperti diungkapkan Wuradji :
A. Fungsi
sosialisasi ; di dalam masyarakt praindustri, generasi baru belajar mengikuti
pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti
sekarang ini. Pada masyarakat praindustri, anak belajar dengan jalan mengikuti
dalam aktivitas orang yang lebih dewasa, anak- anak mengamati apa yang mereka
lakukan kemudian menirunya dan anak-anak belajar melakukan sebagaimana
dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun.
Totalitas proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai
budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi.
B. Fungsi
kontrol sosial ; sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap
tatanan tradisional masyarakat harus berfungsi sebagai lembaga pelayanan
sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durkheim menjelaskan bahwa
pendidikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat
egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan bagian masyarakat
terintegral di mana anak harus memiliki kasadaran dan tanggung jawab sosial
dengan mempergunakan program asimilasi dan nilai-nilai sub-grup beraneka ragam.
C. Fungsi
pelestarian budaya masyarakat ; sekolah disamping mempunyai tugas mempersatukan
budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga perlu melestarikan nilai-nilai
budaya daerah yang masih layak dipertahankan. Seperti bahasa daerah, kesenian
daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi
kepentingan sekolah dan sebagainya.
D. Fungsi
seleksi ; latihan dan pengembangan tenaga kerja. Jika kita amati apa yang
terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu
jabatan tertentu, maka disana setidaknya terdapat tiga kegiatan, yaitu kegiatan
seleksi, latihan untuk suatu jabatan, dan pengembangan tenaga kerja tertentu.[14]
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga
kerja mempunyai dua hal, yakni :
1. Sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga
kerja profesional dalam bidang spesialisai tertentu. Untuk memenuhi ini
berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli yang terampil dan
berkemampuan tinggi dalam bidangnya.
2. Sekolah
digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap
karier dan pekerjaan
E. Fungsi
pendidikan dan perubahan sosial ; pendidikan mempunyai fungi untuk mengadakan
perubahan sosial memiliki beberapa fungsi yaitu : melakukan reproduksi budaya,
difusi budaya, mengembangkan analisis kultur terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional, melakukan perubahan-perubahan atau
modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan melakukan perubahan
yang lebih mendasar terhadap instutusi-institusi tradisional yang telah
ketingalan.
F. Fungsi
sekolah dan masyarakat ; pendidikan formal disebut sekolah, sekolah bukan
satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, tetapi masih ada
lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Sebagai
partner masyarakat : akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam
lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai kelompok masyarakat, jenis
bacaan, tontonan serta aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi
fungsi pendidikan yang selaras dengan sekolah. Fungsi sekolah sebagai parter
masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional
tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar masyarakat.
2. Sebagai
penghasil tenaga kerja : hubungan sekolah dan masyarakat yang konstruktif
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja sekolah yang ditandai dengan
adanya peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah secara efektif,
efesien dan produktif dalam menciptakan lulusan (output) masa depan yang diharapkan.[15]
Jadi Sekolah merupakan wadah yang digunakan untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang serta tersalurkan bakat-bakat
yang dimiliki siswa. Pada kenyataannya daalam konteks sosial sekolah memiliki
beberapa fungsi yaitu: sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu
pekerjaan, sebagai alat transmisi kebudayaan, sekolah mengajarkan peranan
sekolah, skolah menyediakan tenaga pembangunan, sekolah membuka kesempatan
memperbaiki nasib, menciptakan integrasi sosial, dan kontrol sosial pendidikan.[16]
Lembaga pendidikan juga mengalami proses transformasi baik dalam
pola kegiatan, tata nilai, bentuk organisasi perannya di masyarakat. Spesifik
telah memunculkan lembaga sekolah sebagai manifestasi wujud orientasinya.sehingga
pada segi sosialnya sekolah memegang peran penting dalam sosialisasi anak-anak.
Sekolah menjadi upaya pengendalian sosial seperti transmisi kebudayaan,
norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran langsung, memberikan
kesempatan kepada anak untuk memberikan kesempatan dan mempraktikan langsung
kegiatan sosial, memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan
teladan, dan mendidik anak-anak untuk memiliki perilaku yang baik.
V. Perubahan sosial dan Pendidikan
Masyarakat kita saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu. Namun, pada saat
ini perubahan-perubahn tersebut berjalan dengan sangat cepat. Sehingga
masyarakat bingung menghadapinya. Perubahan bersifat berantai, maka perubahan
terlihat berlangsung dengan sangat cepat. Pada perubahan itu terjadi secara
konstan dan terikat dengan tempat dan waktu serta masyarakat yang perubah pula.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan masyarakat agar tidak bingung dalam
menghadapi perubahan yaitu
A.
Orang
tua
B.
Pemuka
masyarakat baik formal ataupun non formal
C.
Teman
dekat
D.
Figur
idola
E.
Orang
yang paling berpengaruh terhadap dirinya.
Kecepatan masyarakat dalam menerima perubahan yang terjadi pada
dasarnya adalah berbeda. Perbedaan ini yang dapat menghasilkan kesenjangan tata
niai didalam masarakat, lebih-lebih lagi dalam masyarakat, di mana situasi
kompleksitasi perubahan itu semakin meluas dan perubahan itu terjadi sangat
cepat. Mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari
penguasaan teknologi, maka unsur kreativitass, unsur kemandirian dalam
kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk
menggapai budaya hidup teknologis. Terciptanya generasi muda yang tidak
mengalami pemudaran nilai-nilai budaya bangsa kita, membutuhkan peran
pendidikan orang tua dan pendidikan formal serta lebih mengaktualisasikan diri
mereka masing-masing.
VI. Pendidikan dan pembaharuan masyarakat
Lembaga pendidikan contohnya sekolah merupakan miniatur masyarakat.
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat. Sekolah hanya dapat
mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat serta tak mungkin mempeloporinya.
Jadi, sekolah tidak dapat membangun masyarakat baru tanpa mengalami proses
perubahan sosial. Perubahan menuju pembaharuan dalam pendidikan sangat
bergantung pada kebijakan yang diambil. Sistem pendidikan yang ampuh untuk
mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut
keinginan mereka yang mengontrolnya. [17]
Seperti perubahan kekuasaan dalam suatu negara yang di pimpin oleh
golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat
untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka. Pemerintah mengadakan
perubahan yang sejahtera dengan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan.
Perubahan kurikulum dari zaman-ke zaman sesuai dengan filsafat bangsa dan
paradigma dominan yang dianut.[18] Jadi perubahan menuju pembaharuan dalam pendidikan sangat
tergatung pada kebijakan yang diambil oleh negara.
BAB
III
PENUTUP
H. KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa antara masyarakat dan pendidikan keduanya tidak dapat dipisahkan dan
tidak berdiri masing-masing. Terutama sekolah sebagai salah satu lembaga formal
dalam suatu pendidikan dan merupakan miniatur dari masyarakat itu sendiri.
Karena sekolah itu juga berasal dari masyarakat dan nantinya juga akan kembali
pada masyarakat. Pendidikan pun ada karena adanya kebutuhan dari masyarakat.
Jika pendidikan suatu bangsa maju maka masyarakatnya pun akan maju.
Masyarakat
merupakan sekumpulan manusia yang terikat dengan suatu norma adat istiadat. Dan
dari masyarakat inilah sekolah dapat membantu dalam pembangunan kesejahteraan
dan peserta didik juga dapat belajar dari masyarakat. Masyarakat merupakan input dan sekolah merupakan output. Maka dari itu, kurikulum yang
ada di sekolah pun harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dan dalam hal
ini kebijakan dari pemerintah yang akan memutuskannya.
DAFTAR PUSTAKA
Idi , H. Abdullah. 2011. sosiologi
pendidikan Individu,Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Good , Carter V. 1977. Dasar
Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.
Gordon , Marshall. 1998. A Dictonary of sosiology. New York:
Oxford University Press.
Gunawan , Ary H. 2010 Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka
cipta.
Karsidi, Ravik. 2008. Sosiologi
Pendidikan. Solo: LPP UNS.
Nasution. S. 1995. Sosiologi
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Sidi, Gazalba. 1976. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi &
Sosiologi, Jakarta: Bulan Bintang
[1]
Marshall Gordon, A Dictonary of sosiology, (New York: Oxford University
Press, 1998), hlm.628.
[2]
Gazalba Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Hlm. 11.
[3] S
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 60.
[4] Ary
H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2010), hlm.54.
[5]
Carter V. Good, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Bandung: Alfabeta,
1977), hlm. 1.
[6]
Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo: LPP UNS, 2008). Hlm. 22.
[7]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 59.
[8]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011).), hlm. 59-60
[9]Ibid.
.hlm.61
[10]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 62
[11]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011)., hlm.63-64
[12]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..66-67.
[13]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..hlm. 68
[14]H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..hlm. 70
[15] H.
Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 72-80
[16] Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo:
LPP UNS, 2008). hlm. 30.
[17] Ravik
Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo: LPP UNS, 2008),hlm. 33.
[18]
Ibid, hlm. 34.