Translate

Kamis, 09 November 2017

Makalah Sosiologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dunia pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, terutama bagi kemajuan peradaban dalam suatu masyarakat. Pendidikan dan masyarakat, keduanya merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dalam kenyataan yang ada saat ini kita saksikan bahwa masih terdapat pemisahan secara implisit antara sekolah dan masyarakat.
Hal di atas kemungkinan dapat terjadi karena beberapa faktor. Misalnya saja seperti dari pihak sekolah sebagai salah satu kalangan akademisi yang berintelektual tinggi kurang mampu memaparkan dan mengaitkan antara unsur-unsur dari pendidikan dalam masyarakat itu sendiri. Karena kurikulum yang ada di sekolah kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka dari itu, antara kedua kubu ini harus mempunyai keselarasan pemahaman tentang arti penting antara pendidikan dan masyarakat terutama bagi terwujudnya pembangunan kesejahteraan negara.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2.     Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
3.     Bagaimana hubungan antara pendidikan dan sumber daya manusia?
4.     Bagaimana hubungan antara sekolah dan masyarakat?
5.     Bagaimana hubungan antara perubahan sosial dan pendidikan?
6.     Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembaharuan masyarakat?
C.    Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat
2.     Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
3.     Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara pendidikan dan sumber daya manusia
4.     Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara sekolah dan masyarakat
5.     Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara perubahan sosial dan pendidikan
6.     Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara pendidikan dan pembaharuan masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

I.        Pengertian Masyarakat

Masyarakat pada mulanya berasal dari kata Syarikat  dalam bahasa Arab, istillah masyarakat juga sering disebut sosial. Istilah sosial berasal bahasa latin, socius yang berarti kawan.[1] Sehingga dalam bahasa Indonesia masyarakat berasal dari kata “serikat” yang berarti kumpulan atau kelompok yang saling berhubungan.[2] Menurut pakar sosiologi Mac Iver dan Page, masyarakat adalah jalinan hubungan sosial dan selalu berubah. Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu. Selo Soemardjan dan Soelaiman berpendapat bahwa masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.[3]
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah tempat hidup suatu kelompok manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan dan jalinan hubungan sosial.

II.     Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuiakan dengan situasi dan kondisi serta perkembangaan zaman.[4] Menurut Carter V. Good pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku  yang berlaku dalam masyarakat. Proses sosial dimana seseorang di pengarui oleh sesuatu lingkungan terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.[5] Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah segala tuntutan dan kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup setinggi-tinggihnya.
Tipe-tipe dasar pendidikan menurut Randal Collins, 1979 ( dalam Ravik, 2008)  yaitu
a.      Jenis pendidikan keterampilan dan praktis adalah pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal kemampuan untuk lebih kreatif dalam segala hal, agar dapat diaplikasikan dalam mata pencaharian
b.     Kelompok status adalah pendidikan yang dilakukan dengan diskusi oleh badan-badan pengetahuan esoterik, serta pengajaran tentang bagaimana cara mempertaahankan prestise dan simbol-hak-hak istimewa dalam masyarakat elit.
c.      Pendidikan birokrasi adalah pengajaran yang diciptakan oleh pemerintah untuk melayani keepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan dan sarana politik.[6]
Jadi Pendidikan adalah sebuah proses perubahan tingkah laku dan pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan serta pembentukan diri peserta didik yang sesuai hati nurani untuk mencapai keselamatan dan kebahagian hidup.

III.   Pendidikan dan Sumber Daya manusia

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, bukanlah taken for granted, tetapi jauh sebelumnya telah mengalami suatu proses yang panjang yakni melalui “belajar”, “pendidikan”, dan “pengalaman” tersendiri berdasarkan zaman. Proses belajar dan pendidikan yang dialami mereka dalam zaman yang berbeda tersebut telah menjadikan manusia mampu memenuhi kebutuhan, manjalani kehidupan hingga memasuki zaman peradabaan seperti sekarang ini. Penelitian yang dilakukan Lenki et al. (1995) yang memfokuskan pada judul penelitian : sociocultural Revolution: the process of change that result from a society’s gaining new information, particulary technology, setidaknya dapat dideskripsikan lima tipe umum dari suatu masyarakat yang berbeda dalam teknologinya: hunting and gathering societies, horticultural and pastoral societies, agrarian societies, industrial societies, and post-industrial societies.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia sudah belajar dari zaman purba hingga zaman yang modern ini. Manusia belajar dari lingkungan  tempat tinggal mereka pada saat itu, sehingga mereka berfikir bagai mana caranya agar dapat bertahan hidup. Manusia berburu binatang, mendirikan rumah. Manusia juga menjalani hidup secara kelompok dan membentuk sebuah perkumpulan sehingga ada masyarakat industri ada masyarakat pertania, masyarakat pekebun. Jadi hubungan antara pendidikan dengan sumber daya manusia sangat mempengaruhi. Pada zaman dahulu sebelum banyak orang yang bersekolah rumah masih menggunakan bambu, kayu, rumput dan sebagainya. Lambat laun semakin banyak orang yang bersekolah, teknologi semakin maju dan lingkungan yang mendukung, saat ini manusia sudah bisa membuat gedung bertingkat yang tidak roboh.[7]
Antara pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia ke depan tidak terlepas dari fungsi pendidikan nasional. Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dikatakan: “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[8]
Program pendidikan didasarkan kepada tujuan umum pengajaran yang diturunkan dari tiga sumber: masyarakat, siswa, dan bidang studi. Tujuan pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh A. Tresna Sastrawijaya (1991), adalah mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun, dan sebagainya karena tiap siswa/ anak mempunyai harapan yang berbeda, Pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi yang tersusun secara logis dan sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak didik, apa yang dipelajari anak didik tampaknya hanya memenuhi kepentingan sekolah untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar hidup lebih efektif dalam masyarakat.
 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2007) mengungkapkan masyarakat terbagi atas dua tipe yaitu:
A.    Gemeinschaft (hubungan primer), merupakan bentuk kehidupan bersama. Antara anggotanya mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis. Ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga dan kerabat.[9]
B.    Gessellschaft (hubungan sekunder), merupakan bentuk kehidupan bersama yang anggotanya mempunyai hubungan sifat pamrih dan dalam jangka waktu yang pendek, bersifat mekanis. Ditemukan dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik.
Kedua tipe masyarakat di atas mempunyai persamaan, yakni mereka semua adalah anggota suatu bangsa yang mempunyai kebudayaan nasional yang sama baik dari segi falsafah, bahasa, sejarah, dan budaya. Meskipun ada beberapa daerah mempunyai ciri yang khas. Tiap sekolah, seorang guru harus mengenal lingkungan sosial tempat mereka berada agar dapat memahami latar belakang kultural anak didik.[10] Untuk memajukan pendidikan perlu diusahakan bantuan dari mereka yang memegang kekuasaan dalam masyarakat. Untuk mempelajari suatu masyarakat lebih jauh kita dapat mempelajari berbagai aspek di antaranya sebagai berikut :
A.    Demografi : statistik penduduk, komposis menurut suku bangsa, agama.
B.    Ekologi : geografis, penyebaran penduduk.
C.    Sejarah : perkembangan kehidupan sosial.
D.    Kegiatan-kegiatan : mata pencaharian, keluarga, pendidikan, rekreasi, agama, keamanan, politik.
E.     Sistem nilai agama dan adat istiadat.
F.     Pengaruh kebudayaan daerah dan nasional.
G.    Tokoh-tokoh yang menarik.
Hingga kini dapat dikatakan bahwa hubungan pendidikan di sekolah dan masyarakat masih sangat minim atau rendah karena pendidikan di sekolah dipandang terutama sebagai persiapan untuk kelanjutan pelajaraan. Kurikulum sekolah bersifat akademis dan dapat dijalankan berdasarkan buku pelajaran tanpa menggunakan sumber-sumber masyarakat. Masyarakat umumnya masih memandang sekolah lebih dominan bertujuan mengajarkan anak-anak mereka dalam aspek akademis lebih dominan. Dituntut agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat, anak-anak perlu dipersiapkan agar hidup efektif dalam masyarakat. Bila diperhatikan lingkungan sekolah dengan radius 1 km2, maka akan ditemukan banyak hal yang dapat dilakukan dengan pelajaran, bahkan dijadikan masalah pokok pelajaran. Sampai saat ini sangat sedikit institusi sekolah memanfaaatkan masyarakat di daerahnya untuk mengembangkan lembaga dan kurikulum pendidikan. Padahal banyak sekali kondisi geografis, ekonomi, budaya, dan peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya sangat membantu berkembangnya kecerdasan siswa.[11] Oleh karena itu, untuk seorang pendidik mampu mengaitkan mata pelajaran dengan kondisi lingkungan menggunakan strategi yang sesuai seperti problem based learning sehingga anak akan lebih kreatif jika dihadapkan dengan sesuatu hal yang menarik dan belum pernah di lihatnya. Sehingga anak mampu berfikir bagaimana cara memecahkan masalah dan menciptakan sesuatu hal yang baru dan bermanfaat. Seperti kegiatan kerja bakti masyarakat membantu membangun sekolah atau memperbaiki sekolah yang rusak. Adanya kegiatan tersebut dapat menanamkan kepada anak murid untuk saling peduli, tolong menolog, dan saling menghargai.

IV.   Sekolah dan Masyarakat

Usaha yang dapat dilakukan sekolah ialah menghubungkannya dengan masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai sumber pelajaran. Pada umumnya untuk mamanfaatkan sumber-sumber itu, masyarakat dapat di bawah ke dalam kelas, misalnya mengundang narasumber ke sekolah atau, sekolah di bawah ke dalam masyarakat melalui karyawisata, praktik lapangan, atau kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa pada perguruan tinggi/ universitas. Dikatakan E Mulyasa (2009) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kesenjangan antara sekolah dan masyarakat adalah minimnya informasi yang bertalian dengan pendidikan di sekolah dan kurang kuatnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah. Maksud hubungan sekolah dengan masyarakat, dikatakan Sutisna dalam Mulyasa (2009) yakni :
A.    Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah.
B.    Untuk menilai program sekolah.
C.    Untuk mempersatukan orang tua murid dengan guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik.
D.    Untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan.
E.     Untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
F.     Untuk memberitahukan masyarakat tentang pekerjaan sekolah.
G.    Untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.
Ketiga pihak (sekolahan, keluarga/orang tua, dan masyarakat) bekerja sama dalam menciptakan program dan peluang yang lebih baik untuk  anak didik. Tentang hak dan kewajiban orang tua dalam memajukan pendidikan (nasional), terlihat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 berikut:
A.    Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
B.    Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.[12]
Hak dan kewajiban masyarakat dalam pendidikan :
A.    Masyarakat berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya (pasal 8).
B.    Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaran pendidikan (pasal 9)
Peran serta masyarakat dalam pendidikan terlihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab XV, Bagian Kesatu, Pasal 54, Ayat 1, 2, dan 3.
A.    Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliput peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
B.    Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
C.    Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dapat diungkapakan dengan sederhana bahwa kerja sama sekolah, keluarga, dan komunitas-masyarakat dapat mengembangkan iklim dan program-program sekolah, memberikan pelayanan kepada keluarga/ orang tua (anak didik), meningkatkan keterampilan dan kepemimpinan bagi orang tua, menghubungkan keluarga dengan lainnya di sekolah dan di masyarakat, dan membantu pendidik/ guru dalam tugasnya. Pendekatan sistemik terhadap pengembangan masyarakat melalui  pendidikan adalah pendekatan dimana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan masyarakat yang dicita-citakan, sebagai output yang dikehendaki. KI. Hajar Dewantoro pernah mengatakan ada tiga lingkungan pendidikan : keluarga, sekolah, dan masyarakat.[13]
Lebih jauh, ada sejumlah fungsi dan peranan pendidikan bagi suatu masyarakat, seperti diungkapkan Wuradji :
A.    Fungsi sosialisasi ; di dalam masyarakt praindustri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat praindustri, anak belajar dengan jalan mengikuti dalam aktivitas orang yang lebih dewasa, anak- anak mengamati apa yang mereka lakukan kemudian menirunya dan anak-anak belajar melakukan sebagaimana dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Totalitas proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi.
B.    Fungsi kontrol sosial ; sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durkheim menjelaskan bahwa pendidikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan bagian masyarakat terintegral di mana anak harus memiliki kasadaran dan tanggung jawab sosial dengan mempergunakan program asimilasi dan nilai-nilai sub-grup beraneka ragam.
C.    Fungsi pelestarian budaya masyarakat ; sekolah disamping mempunyai tugas mempersatukan budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga perlu melestarikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan. Seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
D.    Fungsi seleksi ; latihan dan pengembangan tenaga kerja. Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka disana setidaknya terdapat tiga kegiatan, yaitu kegiatan seleksi, latihan untuk suatu jabatan, dan pengembangan tenaga kerja tertentu.[14] Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal, yakni :
1.      Sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kerja profesional dalam bidang spesialisai tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli yang terampil dan berkemampuan tinggi dalam bidangnya.
2.     Sekolah digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap karier dan pekerjaan
E.     Fungsi pendidikan dan perubahan sosial ; pendidikan mempunyai fungi untuk mengadakan perubahan sosial memiliki beberapa fungsi yaitu : melakukan reproduksi budaya, difusi budaya, mengembangkan analisis kultur terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, melakukan perubahan-perubahan atau  modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap instutusi-institusi tradisional yang telah ketingalan.
F.     Fungsi sekolah dan masyarakat ; pendidikan formal disebut sekolah, sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu :
1.     Sebagai partner masyarakat : akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang selaras dengan sekolah. Fungsi sekolah sebagai parter masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar masyarakat.
2.     Sebagai penghasil tenaga kerja : hubungan sekolah dan masyarakat yang konstruktif diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja sekolah yang ditandai dengan adanya peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah secara efektif, efesien dan produktif dalam menciptakan lulusan (output) masa depan yang diharapkan.[15]
Jadi Sekolah merupakan wadah yang digunakan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang serta tersalurkan bakat-bakat yang dimiliki siswa. Pada kenyataannya daalam konteks sosial sekolah memiliki beberapa fungsi yaitu: sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan, sebagai alat transmisi kebudayaan, sekolah mengajarkan peranan sekolah, skolah menyediakan tenaga pembangunan, sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib, menciptakan integrasi sosial, dan kontrol sosial pendidikan.[16]
Lembaga pendidikan juga mengalami proses transformasi baik dalam pola kegiatan, tata nilai, bentuk organisasi perannya di masyarakat. Spesifik telah memunculkan lembaga sekolah sebagai manifestasi wujud orientasinya.sehingga pada segi sosialnya sekolah memegang peran penting dalam sosialisasi anak-anak. Sekolah menjadi upaya pengendalian sosial seperti transmisi kebudayaan, norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran langsung, memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan kesempatan dan mempraktikan langsung kegiatan sosial, memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan teladan, dan mendidik anak-anak untuk memiliki perilaku yang baik.

V.      Perubahan sosial dan Pendidikan

Masyarakat kita saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu. Namun, pada saat ini perubahan-perubahn tersebut berjalan dengan sangat cepat. Sehingga masyarakat bingung menghadapinya. Perubahan bersifat berantai, maka perubahan terlihat berlangsung dengan sangat cepat. Pada perubahan itu terjadi secara konstan dan terikat dengan tempat dan waktu serta masyarakat yang perubah pula. Unsur-unsur yang harus diperhatikan masyarakat agar tidak bingung dalam menghadapi perubahan yaitu
A.    Orang tua
B.    Pemuka masyarakat baik formal ataupun non formal
C.    Teman dekat
D.    Figur idola
E.     Orang yang paling berpengaruh terhadap dirinya.
Kecepatan masyarakat dalam menerima perubahan yang terjadi pada dasarnya adalah berbeda. Perbedaan ini yang dapat menghasilkan kesenjangan tata niai didalam masarakat, lebih-lebih lagi dalam masyarakat, di mana situasi kompleksitasi perubahan itu semakin meluas dan perubahan itu terjadi sangat cepat. Mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitass, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menggapai budaya hidup teknologis. Terciptanya generasi muda yang tidak mengalami pemudaran nilai-nilai budaya bangsa kita, membutuhkan peran pendidikan orang tua dan pendidikan formal serta lebih mengaktualisasikan diri mereka masing-masing.

VI.   Pendidikan dan pembaharuan masyarakat

Lembaga pendidikan contohnya sekolah merupakan miniatur masyarakat. Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari masyarakat. Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat serta tak mungkin mempeloporinya. Jadi, sekolah tidak dapat membangun masyarakat baru tanpa mengalami proses perubahan sosial. Perubahan menuju pembaharuan dalam pendidikan sangat bergantung pada kebijakan yang diambil. Sistem pendidikan yang ampuh untuk mengindoktrinasi generasi muda agar menciptakan suatu masyarakat menurut keinginan mereka yang mengontrolnya. [17]
Seperti perubahan kekuasaan dalam suatu negara yang di pimpin oleh golongan yang menganut ideologi lain akan memanfaatkan sekolah sebagai alat untuk membangun masyarakat baru menurut ideologi mereka. Pemerintah mengadakan perubahan yang sejahtera dengan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan. Perubahan kurikulum dari zaman-ke zaman sesuai dengan filsafat bangsa dan paradigma dominan yang dianut.[18] Jadi perubahan menuju pembaharuan dalam pendidikan sangat tergatung pada kebijakan yang diambil oleh negara.













BAB III
PENUTUP

H.   KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa antara masyarakat dan pendidikan keduanya tidak dapat dipisahkan dan tidak berdiri masing-masing. Terutama sekolah sebagai salah satu lembaga formal dalam suatu pendidikan dan merupakan miniatur dari masyarakat itu sendiri. Karena sekolah itu juga berasal dari masyarakat dan nantinya juga akan kembali pada masyarakat. Pendidikan pun ada karena adanya kebutuhan dari masyarakat. Jika pendidikan suatu bangsa maju maka masyarakatnya pun akan maju.
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang terikat dengan suatu norma adat istiadat. Dan dari masyarakat inilah sekolah dapat membantu dalam pembangunan kesejahteraan dan peserta didik juga dapat belajar dari masyarakat. Masyarakat merupakan input dan sekolah merupakan output. Maka dari itu, kurikulum yang ada di sekolah pun harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dan dalam hal ini kebijakan dari pemerintah yang akan memutuskannya.












DAFTAR PUSTAKA

Idi , H. Abdullah. 2011.  sosiologi pendidikan Individu,Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Good , Carter V. 1977.  Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.

Gordon , Marshall. 1998. A Dictonary of sosiology. New York: Oxford University Press.

Gunawan , Ary H. 2010 Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.

Karsidi, Ravik. 2008.  Sosiologi Pendidikan. Solo: LPP UNS.

Nasution. S. 1995.  Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Sidi, Gazalba. 1976. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiologi, Jakarta: Bulan Bintang




[1] Marshall Gordon, A Dictonary of sosiology, (New York: Oxford University Press, 1998), hlm.628.
[2] Gazalba Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiologi,  (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Hlm. 11.
[3] S Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 60.
[4] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan,  (Jakarta: Rineka cipta, 2010), hlm.54.
[5] Carter V. Good, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Bandung: Alfabeta, 1977), hlm. 1.
[6] Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo: LPP UNS, 2008). Hlm. 22.
[7]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 59.
[8]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011).), hlm. 59-60
[9]Ibid. .hlm.61
[10]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 62
[11]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011)., hlm.63-64
[12]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..66-67.
[13]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..hlm. 68
[14]H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011)..hlm. 70
[15] H. Abdullah Idi, sosiologi pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo, 2011).hlm. 72-80
[16]  Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo: LPP UNS, 2008). hlm. 30.
[17] Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Solo: LPP UNS, 2008),hlm. 33.
[18] Ibid, hlm. 34.

4 komentar: