DASAR
PSIKOLOGIS PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MI/SD
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas individu
Mata Kuliah :
Pembelajaran Tematik
Dosen Pengampu
: Dr. Andi Prastowo, M.Pd.I
Sigit Prasetyo,
M.Pd.Si
Fitri
Yuliawati, M.Pd.Si
Disusun Oleh :
Semester
IV/PGMI C
Syahadati Nur
Maghfiroh (15480112)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
DASAR PSIKOLOGIS PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MI/SD
Disusun Oleh: Syahadati Nur Maghfiroh
Abstrak
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang terintegrasi antara
mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain. Dalam pembelajaran tematik
tentunya tidaklah terlepas dari adanya faktor psikologi dari peserta didik
dalam proses pembelajaran. Dalam perkembangannya, anak mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. hal ini juga disesuaikan dengan tahap usia anak tersebut.
Dalam Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah telah disebutkan bahwa kompetensi lulusan pada
tiap jenjang pendidikan terdapat dimensi kompetensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Di mana
tiap dimensi tersebut jika dalam landasan psikologi pembelajaran tematik
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Dalam belajar, terutama anak usia SD/MI lebih pada hal yang konkret bukan
abstrak. Sehingga di sini diperlukan bimbingan dari pihak pendidik dalam
pembelajaran.
Kata Kunci:
pembelajaran, psikologi, perkembangan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema. Di mana dalam
pembelajarannya tersebut terdapat integrasi antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lain. Sehingga masing-masing
mata pelajaran tidaklah terpisah atau tidak saling berdiri sendiri. Pada
pembelajaran anak usia SD/MI hal ini sangatlah penting, terutama dalam
membangun pengetahuan mereka.
Hal
tersebut tentunya tidaklah terlepas dari
adanya peran dari segi psikologis anak. Karena setiap anak tentunya memiliki
ciri khasnya masing-masing. Meski secara umumnya atau dilihat dari sisi
usianya, tahap perkembangan tiap anak hampir sama. Di mana dalam hal ini, anak
menerima suatu informasi sesuai dengan tahap perkembangan mereka baik secara
fisik maupun nalar. Dan hal ini pun nantinya yang akan memberikan pengaruh
besar tehadap anak dalam melakukan pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
itu pengertian, fungsi, dan kegunaan dari dasar psikologis pembelajaran tematik
MI/SD?
2. Apa
sajakah karakteristik dari perkembangan kognitif anak usia MI/SD?
3. Apa
sajakah karakteristik dari pertumbuhan fisikanak usia MI/SD?
4. Apa
sajakah karakteristik dari perkembangan kemampuan motorik anak usia MI/SD?
5. Apa
sajakah karakteristik dariperkembangan afeksi anak usia MI/SD?
6. Apa
sajakah karakteristik dari bahasa anak usia MI/SD?
7. Apa
sajakah karakteristik dari perkembangan otak anak usia MI/SD?
8. Bagaimanakah
implikasi karakteristik anak MI/SD pada pembelajaran tematik terpadu?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian, fungsi, dan kegunaan dari dasar psikologis pembelajaran
tematik MI/SD
2. Untuk
mengetahui karakteristik dari perkembangan kognitif anak usia MI/SD
3. Untuk
mengetahui karakteristik dari pertumbuhan
fisik anak usia MI/SD
4. Untuk
mengetahui karakteristik
dari perkembangan kemampuan motorik anak usia MI/SD
5. Untuk
mengetahui karakteristik
dari perkembangan afeksi anak usia MI/SD
6. Untuk
mengetahui karakteristik dari
bahasa anak usia MI/SD
7. Untuk
mengetahui karakteristik dari perkembangan otak anak usia MI/SD
8. Untuk
mengetahui implikasi
karakteristik anak MI/SD pada pembelajaran tematik terpadu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian,
Fungsi,
dan Kegunaan
Dasar
Psikologis
Pembelajaran
Tematik
MI/SD
Psikologi
sendiri berasal dari kata psycho dan logos yang berarti “jiwa” dan “ilmu”.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan
tingkah laku manusia. Landasan
psikologis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan adanya psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Sebagaimana dikatakan oleh Rusman, bahwa
psikologi perkembangan dibutuhkan dalam menentukan isi/materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada siswa agar
tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan
tahap perkembangan mereka. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam
hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik itu disampaikan kepada siswa
dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.[1]
Melalui pembelajaran tematik maka diharapkan terjadi perubahan perilaku siswa
menuju kedewasaan, baik secara fisik, mental, atau intelektual, moral, maupun
sosial.
Dalam tahap
perkembangannya tersebut, kecenderungan anak usia SD/MI (7-11 tahun) ketika
belajar mempunyai tiga karakteristik yang menonjol, yaitu: konkret, integratif,
dan hierarkis. Hal ini dijelaskan secara rinci oleh Rusman,[2]
sebagai berikut: pertama, konkret
maksudnya ialah proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret dengan titik
penekanan pada pemanfaatan linkungan sebagai sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas
bagi anak usia anak SD/MI. Penggunaan lingkungan akan menghasilkan proses dan
hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, karena siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan alami, sehingga lebih nyata,
faktual, bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Kedua, integratif maksudnya ialah memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia SD/MI belum mampu memilah-milah konsep
dari berbagai disiplin ilmu, hal ini meggambarkan cara berfikir deduktif.
Dengan demikian, keterpaduan konsep tidak dipilah-pilah dalam berbagai disiplin
ilmu, tetapi dikait-kaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna.
Ketiga, hierarkis maksudnya ialah berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Oleh karena itu, dalam hal ini
persoalan-persoalan seperti rutan logis, keterkaitan antarmateri pelajaran, dan
cakupan keluasan materi pelajaran menjadi penting dan sangat perlu untuk
diperhatikan.
Dengan demikian,
landasan psikologi dalam pembelajaran tematik tidak lepas dari adanya tahap
perkembangan anak dalam belajar dan menerima hasil belajar yang disampaikan
oleh pendidik, baik itu perkembangan
secara kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B. Karakteristik Perkembangan
Kognitif
Anak
Usia
MI/SD
Perkembangan
kognitif anak berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Piaget terjadi dalam empat tahapan.[3] Di
mana pada masing-masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan
pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak
membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda. Empat
tahapan tersebut yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap Sensorimotor
Tahap ini dimulai yaitu sejak anak lahir hingga ia usia 2 tahun atau
usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan
mengoordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motor. Maksudnya di sini
bahwa bayi dapat mengenali lingkungan yang ada di sekitarnya dengan menggunakan
panca inderanya dan kemampuan motoriknya bayi dapat bergerak, merangkak, dan
peradaban. Saat menjelang akhir tahap
bayi melangkah lebih maju ke pemikiran simbolis.
2.
Tahap Pra-Operasional
Tahap ini dimulai saat usia 2 hingga 7 tahun. Di mana pemikiran simbolis
(warna, bentuk, gambar , dan lain-lain) meningkat tetapi pemikiran operasional belum ada.
3.
Tahap Operasional konkret
Tahap ini dimulai saat usia 7 hingga 11 tahun. Dalam buku lain ada yang
menyebutkan saat usia 6-12 tahun. Di mana anak kini sudah bisa bernalar secara
logis tentang kejadian-kejadian konkret dan mampu mengklarifikasi objek ke
dalam kelompok yang berbeda-beda. Jadi dalam tahap ini anak mampu mengambil
kesimpulan berdasarkan logika daripada persepsi sederhana. Dan masalah
sederhana dapat dipecahkan dengan sistematis.
4.
Tahap Operasional Format
Tahap ini dimulai saat usia 11 hingga dewasa. Di mana anak telah masuk
usia remaja menuju dewasa yang mulai berfikir secara lebih abstrak, idealistis,
dan logis.
Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dari usia awal tahap belajar anak masih dalam hal yang
bersifat konkret dan sederhana, sedangkan saat usia mereka masuk usia remaja
atau menuju tahap usia dewasa maka anak akan lebih berfikir secara abstrak
yaitu tanpa melihat objek secara langsung, lebih berfikir kritis, dan logis.
C. Karakteristik
Pertumbuhan
Fisik
Anak
Usia
MI/SD
Pertumbuhan
fisik anak dalam persepektif psikologi perkembangan dijelaskan oleh Diah
Ayuningsih bahwa karakteristik perkembangan siswa pada kelas satu, dua, dan
tiga sekolah dasar biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan.
Dalam hal ini mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Seperti
mereka telah mampu melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua, dapat menangkap bola, dan telah berkembang koordinasi antara
tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain
dari segi fisiknya, perkembangan siswa dari sisi soosialnya terutama pada usia
awal sekolah dasar, mereka telah menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin,
mulai berkompetisi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu
berbagi, dan mandiri.[4]
Sebenarnya
selama masa anak anak awal , pertumbuhan fisiknya berlangsung secara lambat,
dibandiingkan saat masih bayi. Meskipun sedikit lambat tingkat pertumbuhan saat
masa anak awal, namun keterampilan motoriknya berkembang pesat.
D. Karakteristik
Perkembangan
Kemampuan
Motorik
Anak
Usia
MI/SD
Perkembangan
motorik adalah suatu proses tumbuh kembang gerak seorang anak , di mana pada
dasarnya, perkembangan ini sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak .Beberapa
ciri yang dapat dilihat dari perkembangan motorik anak yaitu seperti saat anak
mulai ingin belajar untuk bergerak (sekitar usia 1 hingga 2 tahun) maka anak
akan belajar melangkah kemudian terjatuh dan bangkit lagi untuk berjalan lagi.
Saat anak mulai memasuki usia 2 tahun ke atas , maka sistem saraf anak pun akan
berkembang lebih matang dari usia sebelumnya, seperti si anak mulai belajar
berjalan dengan cepat atau bahkan berlari. Pada tahap yang lebih matang lagi,
otot/ saraf motorik anak juga akan semakin berkembang lebih sempurna seperti si
anak telah mampu mengangkat benda-benda berat.
Dari hal
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan motorik pada anak ada dua
macam yaitu motorik kasar dan motorik halus.
1.
Keterampilan motorik kasar
Anak usia prasekolah tidak perlu lagi melakukan usaha
hanya sekedar untuk berdiri tegak dan bergerak ke sekitarnya. Mereka dapat
melakukan itu tanpa ada lagi dukungan atau bantuan dari orang dewasa. Namun,
mereka sudah mampu melkukannya secara mandiri. Misalnya pada anak usia 3 tahun,
mereka suka melakukan gerakan-gerakan yang sederhana seperti
berjingkrak-jingkrak, melompat, berlarian ke sana kemari, di mana kegiatan yang
mereka lakukan itu, mereka anggap
sebagai suatu kebanggan dan prestasi.
Pada anak usia
4 tahun, mereka masih suka melakuan gerakan yang sama seperti saat mereka
berusia 3 tahun. Namun, pada anak usia 4 tahun, mereka jauh lebih berani dalam
mengambil resiko. Karena dalam hal ini mereka ingin menunjukkan kemampuan
atltetik mereka. Seperti mereka telah mampu naik turun tangga dengan satu kaki.
Sedangkan pada anak usia 5 tahun, akan lebih berani lagi dalam mengambil resiko
dibandingkan saat usia 4 tahun. Misalnya, mereka berani untuk memanjat suatu
objek, berlari dengan kencang dan bahkan berlomba dengan teman sebayanya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam perkembangan motorik
kasar ini, perkembangan anak lebih
banyak berpusat pada perkembangan secara fisiknya atau ketangkasannya.
2.
Keterampilan motorik halus
Pada keterampilan ini, misalnya pada anak usia 3 tahun
masih timbul kemapuan dalam menempatakan dan memegang benda-benda. Meskipun
mereka telah mampu memegang benda-benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari
atau di antara keduanya, namun mereka dapat secara mengejutkan mendirikan
sebuah menara sederhana dari benda-benda tersebut, contohnya dengan cara
menyusun balaok-balok menjadi menara. Selain itu, mereka juga telah mampu
menyusun teka-teki gambar sederahana dari beberapa potongan-potongan gambar.
Atau mereka mamppu untuk menysun balok-balok pada lubang-lubang yang sesuai
dengan bentuknya.
Sedanggkan pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus
anak telah semakin meningkat dam menjadi lebih cepat. Misalnya saat menyusun
balok-balok menjadi menara mereka berusah untuk menyusunnya secara lebih
sempurna atau lebih tinggi. Sedangkan pada usia 5 tahun akan semakin meningkat
lagi perkembangan motorik halusnya. Seperti koordinasi antara tangan, lengan,
dan tubuh bergerak bersama dengan kecepatan mata. Misalnya mereka meminta suatu
penjelasan dari suatu benda yang mereka temuikepada orang dewasa.
Jadi, dalam tahap perkembangan motorik halus ini, anak
telah mampu mengkoordinasikan beberapa anggota geraknya dengan anggota tubuh
yang lainnya. Sehingga hal ini juga dapat mendorong adanya kemunculan perkembangan
kognitif dari anak.
E. Karakteristik Perkembangan Afeksi Anak Usia MI/SD
Afeksi yaitu
suatu sikap moral atau kepribadian, seperti kejujuran, keramahan, dan
lain-lain. pada tahun 1950-an Peck dan Haviqhurst mengembangkan tipologi
kepribadian yang disebut dengan Teori
Motivasi yang ditinjau dari psikososial.[5]
Tipe watak ini anak mempengaruhi pola motivasi individu.
1.
Tipe A-Moral
Pada tipe ini, watak anak sepenuhnya egosentris (lebih dominan),
memuaskan dirinya tanpa menghiraukan orang lain.
2.
Tipe Expedient
Pada tahap ini, watak anak sedikit egosentris, patuh tanpa sistem moral
internal, dan dapat memuaskan kebutuhan diri, namun masih diatur oleh control
eksternal. Jadi dalam kondisi tipe ini, watak anak masih mementingkan dirinya
sendiri namun tidak dominan dan anak masih dalam control dari pihak lain
seperti dari orang tuanya.
3.
Tipe Expediendt
Dalam tahap ini, watak anak belum memiliki sistem moral internal yaitu
tentang baik dan buruk, tapi masih kaku dan ketat, tanpa pertimbangan atau
pengecualian, serta masih mengabaikan perasaan orang lain (tidak rasional).
4.
Tipe Expedient
Dalam tipe ini, sistem moral anak sudah berkembang, dan anak juga sudah
mulai menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain, serta sensitif dan
rela berkorban untuk orang lain. Jadi, dalam hal ini anak tidak lagi teralalu
mengedepankan sifat egoisnya.
F.
Karakteristik
Bahasa
Anak
Usia
MI/SD
Para ahli bahasa
yang menganut aliran fungsional, mereka menegaskan bahwa bahasa digunakan
sebagai medium utama pengungkap makna, pikiran, perasaan, dan pengetahuan
manusia tentang dunianya yang pada realitasnya selalu terintegrasi. Selain itu,
bahasa juga sebagai medium atau perantara utama dalam berkomunikasi, karena
melalui bahasa maka makna dapat dikomunikasikan dalam masyarakat pemakai
bahasa. Jadi dalam pembelajaran, bahasa merupakan media komunikasi antara
pendidik dan peserta didik serta antara peserta didik dan peserta didik.
Menurut
pandangan Piaget, ia menegaskan bahwa peserta didik di jenjang sekoalah dasar
dari sisi perkembangan kognisinya berada pada tahap operasional konkret, yaitu
di mana pesrta didik dapat dengan mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan
dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan ini dilakukan melalui
manipulasi benda-benda dalam lingkungan belajar. Dan begitu pula dengan
pembelajaran di sekolah lebih cenderung melalui aktivitas fisik. Maka dalam hal
ini, anak atau peserta didik harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan konkret
dan bahasa berperan sebagai bagian serta sarana untuk merealisasikan kegiatan
tersebut. [6]
Selain belajar
dalam hal yang konkret, menurut pandangan Vygostsky bahwa anak-anak belajar
dalam konteks sosial. Maksudnya di sini yaitu bahwa anak perlu belajar dalam
kegiatan kelompok di mana anak dapat melakuakn interaksi dalam kelompoknya yang
di antara anggotanya ada yang lebih tahu dengan yag kurang tahu. Secara
singkatnya bahwa anak perlu didorong agar berinteraksi dan belajar dengan
orang lain yang lebih tahu atau lebih
dewasa (guru) ,yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman untuk menuntun anak
pada tingkat pemahamannya dan bisa mencapai kemampuan maksimalnya.
G. Karakteristik Perkembangan
Otak
Anak
Usia
MI/SD
Otak merupakkan
salah satu bagian terpenting dalam tumbuh kembang seorang anak dan merupakan
bagian yang tumbuh paling cepat. Peningkatan ukuran otak dipengaruhi oleh
peningkatan mielinisasi yaitu suatu proses di mana sel-sel saraf ditutup dan
disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini memiliki dampak
meningkatkan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat syaraf.[7]
Mielinisasi ini sangat penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan
otak yang dikombinasikan untuk memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan
kognitif. Pertumbuhan otak anak, menurut Yeterian dan Pandya bahwa pada saat
bayi hingga mencapai usia 2 tahun, rata-rata memilki ukuran otak 75 % dari
ukuran otak orang dewasa, dan saat anak usia 5 tahun ukuran otak yang dimiliki
anak mencapai sekitar 90 % dari otak orang dewasa.
Mielinisasi ini
penting sekali dalam pematangan sejumlah kemampuan anak. Misalnya, meilinisasi
di daerah otak yang berkaitan dengan koordinasi tangan-mata tidak komplit
hingga sekitar usia 4 tahun. Adanya pertambahan kematangan otak ini yang
dikombinasikan dengan berbagai peluang dapat memberikan pengalaman kepada anak
tentang dunia yang lebih luas lagi, sehingga dapat juga mempengaruhi
perkembangan kognitif dan juga perkembangan bahasa anak.
H. Implikasi Karakteristik Anak MI/SD pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Implikasi
karakteristik anak usia MI/SD pada pembelajaran tematik ini dapat dilakukan
oleh berbagai pihak dan berbagai hal, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Implikasi bagi guru
Peranan guru
dalam pembelajaran terpadu ini adalah mengorientasikan pembelajaran terhadap
kekuatan-kekuatan si anak saat anak tertantang untuk membuat atau menjalin
informasi-informasi baru dari bidang studi yang berbeda dan dapat menguatkan
pemahamannya yang terdahulu. Sehingga di sini guru harus mampu menyediakan
kondisi belajar yang nyata bagi eksplorasi aktif anak, yang dimulai dari
bentuk-bentuk yang ada di sekitar kehidupan anak, kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan anak lalu melangkah ke hal-hal yang lebih kompleks melalui bantuan
dari pihak guru. Dalam hal mengembangkan pembelajaran ini, guru memilki tanggung jawab seperti:
a.
Mengondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira, dan
senang belajar di sekolah. Maka dalam hal ini seorang guru atau pendidik dituntut
untuk mahir dalam menciptakan kondisi belajar yang menarik bagi peserta
didiknya.
b.
Mengembangkan berbagai cara dan metode yang menarik
dan bervariasi dalam mengajar, seperti ceramah, menengahi konflik, pemecahan
masalah, dan sebagainya.
c.
Mengobservasi gaya belajar anak, kebutuhannya dan
menaruh perhatian atas tuntutan individual anak dalam kaitannya dengan
implementasi kurikulum yang berlaku.[8]
Dari uraian di atas, penulis dapat mengambil suatu simpulan bahwa tugas
seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan. Guru dalam pembelajaran harus
mampu mennciptakan suasana belajara yang semenarik mungkin bagi siswanya dan
juga dalam kondisi yang kondusif sehingga perkembangan anak dapat maksimal.
Kondisi kelas yang kondusif saat belajar
akan sangat mempengaruhi kondisi psikologi dari peserta didik.
2. Implikasi bagi
siswa
Siswa
merupakan subjek dalam pembelajaran tematik, sehingga siswa harus dikondisikan
dengan baik dalam pemebelajaran, maka dari itu siswa :
a. Harus siap
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa dimungkinkan
untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil atau klasikal.
b. Harus siap
mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya
melakukan diskusi kelompok, melakukan penelitian sederhana, dan pemecahan
masalah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah
dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik berkaitan dengan
psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. Di mana dalam hal ini perlu
sekali diperhatiakan tahap-tahap perkembangan yang terjadi pada anak. Tiap anak
memiliki ciri khasnya masing-masing, maka di sini peran seorang
Pada karakteristik anak baik
kognitif, afektif, motorik, bahasa, dan otaknya guru dalam membantu atau
memfasilitatori anak sangat penting., dikemukakan oleh beberapa ahli secra
berbeda-beda tiap tahapnya. Dan pada beberapa tahap tertama pada masa atau
tahap anak usia 5 tahunan di mana dalam kondisi ini merupakan tahap emas yang
perlu mendapatkan perhatian lebih agar perkembangan anak dapat berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningsih, Dwi. Psikologi
Perkembangan Anak . Yogyakarta: Pustaka Larasati.
Desmita. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media. 2007
Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2014
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Panduan
Lengkap Aplikatif. Yogyakarta: Diva Press. 2013
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik:Tinjauan
Teoritis dan Praktik. Jakarta: Kencana. 2014
Rusman. Model-model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru
Jakarata: Rajawali Pers. 2010
Santrock, John W. Psikologi
Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007
Santrock, John
W. Life-Span
Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. 2002
Sundayana, Wachyu. Pembelajaran Berbasis Tema: Panduan Guru
dalam Mengembangkan Pembelajaran Terpadu. 2014
[1] Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan
Profesionalisme Guru (Jakarata: Rajawali Pers, 2010), hlm. 256.
[4] Dwi
Ayuningsih, Psikologi Perkembangan Anak
(Yogyakarta: Pustaka Larasati, Tanpa Tahun), hlm. 35-36.
[5]
Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm. 25
[6] Wachyu
Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema:
Panduan Guru dalam Mengembangkan Pembelajaran Terpadu,(Jakarta: Erlangga,
2014), hlm. 17
[7] John W.
Santrock, Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 224
[8] Abdul
Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 185.
Posted By:Syahadati Nur Maghfiroh
CasinoWow Review 2021 ᐈ Is This Site Rigged?
BalasHapusCasinoWow is a reliable casino for UK players. We reviewed CasinoWow. Here you can read our 1XBET review of this UK-based 메리트카지노 online casino. Rating: 3.7 · Review 온카지노 by CasinoWow